Laman

Senin, 19 Agustus 2013

Bolehkah Aku Mengagumimu?

Bolehkah aku menjadi penggemarmu?
Penggemar lekuk wajahmu. Penggemar senyum manismu. Penggemar mata teduhmu.
Ah aku ingat saat itu. Saat pertama kali kita bertemu. Tidak terpikir saat itu untuk mengagumi. Walaupun aku sadar, kamu berbeda. Kamu tersenyum padaku. Singkat, namun tulus dan hangat. Senyum yang baik untuk kesan pertama menurutku.
Aku mengagumi dalam diam. Kurasa tak mungkin untuk meminta atau bahkan berharap lebih. Kita berbeda. Terlalu berbeda. Kenapa perbedaan ini begitu dalam? Padahal aku bisa saja menerima mu walaupun kita berbeda. Tapi aku tau, itu tak mungkin bagimu. Aku tak sadar ada jurang besar dalam perbedaan kita. Terlalu besar dan kurasa terlalu sulit jika aku memaksakan.
Jujur saja, aku takut mengagumimu. Aku takut ada rasa lain yang menginginkan sesuatu lebih dalam. Sesuatu yang lebih dekat. Hanya saja, aku terlalu mengagumi mu hingga terkadang aku lupa diri. Bahkan aku lupa bahwa kamu pasti memiliki penggemar yang memuja-mujamu meskipun dalam diam. Aku tau kamu menyadarinya dan sudah biasa menghadapinya. Harusnya kamu tak boleh terlalu baik dengan orang lain apalagi hingga menimbulkan persepsi lain. Termasuk aku. Aku takut..
Sentuhan tanganmu itu.. Tentu saja meninggalkan bekas. Meskipun hanya 'sentuhan' dan bukan 'genggaman'. Meskipun hanya sebentar dan berlalu begitu saja.
Aku selalu menyetujui idemu walau sebenarnya bukan itu yang kuinginkan. Aku berusaha untuk menyukai apa yang kamu sukai tanpa kamu sadari. Aku berusaha mengimbangimu meski sulit dan nyaris tak mungkin.Tapi setidaknya aku sudah berusaha dan aku merasa senang melakukannya.
Masih ingatkah kamu di malam-malam itu? Malam yang memaksamu untuk tetap tinggal karna hujan yang tak kunjung henti. Diam-diam aku memperhatikanmu. Memperhatikan tingkah konyol dan lucumu.
Kamu terlihat lugu dan polos untuk ukuran seusiamu. Kamu terlihat seperti anak kecil yang menggemaskan meskipun kenyataannya tubuh kekarmu mampu membuatku takhluk. Baby face. Apalagi ketika kamu tersenyum. Aku berusaha untuk tetap dekat denganmu. Cukup dekat tanpa suarapun takapa. Aku selalu merasa nyaman setiap kali kamu ada di sekitarku.
Aku berusaha sekuat mungkin untuk hanya menjadi penggemarmu tanpa harus menyukaimu. Tanpa harus takut kehilanganmu. Mungkin sikapku terlalu kekanak-kanakan di matamu. Tapi beginilah aku. Dan begitulah caraku agar tetap dekat denganmu. Begitulah hal yang aku ingin agar terus berlanjut.
Aku hanya ingin melihat dan mengagumi segala yang ada padamu setiap saat. Aku hanya ingin menikmatinya untukku sendiri. Tanpa harus mengganggumu atau merugikan orang lain.

Jadi, bolehkah aku tetap mengagumimu?


astria.

Selasa, 13 Agustus 2013

3ekor Kelinci dan Jerapah

Pada suatu hari, di sebuah hutan rimba terdapat seekor jerapah sedang berjalan-jalan berkeliling hutan. Setiap sore hari jerapah itu akan mengelilingi hutan tanpa peduli apakah hari sedang cerah atau hujan deras.
Namun, sore ini jerapah itu kurang beruntung. Ada perangkap yang menjebak kakinya. 
    "Oh. Bagaimana ini.. Padahal aku sedang ingin sekali berkeliling hutan dan melihat bebek-bebek di ujung sana." gerutunya.
Tak lama kemudian, 3 ekor kelinci datang. Melihat ada hewan lain yang sedang kesusahan, mereka pun menghampirinya dan hendak membantunya.
    "Wah ada apa dengan kakimu? Biarkan kami membantu mu!", seru 3 ekor kelinci. Dengan segera mereka turun dan membantu jerapah melepaskan diri dari perangkapnya.
    "Terimakasih karna telah membantuku!", lalu jerapah itu pergi begitu saja tanpa menoleh lagi ke 3 ekor kelinci yang telah membantunya.
Keesokan harinya, jerapah pergi berkeliling hutan lagi. Dia merasa sangat lapar. Jadi ia memutuskan untuk memakan apel yang ada di atas pohon. Dengan mudahnya ia mengambil apel-apel itu karena lehernya yang sangat panjang. Tiba-tiba 3 ekor kelinci datang menghampiri jerapah yang sedang asik melahap apelnya.
     "Bisakah kamu mengambilkan apel-apel itu untuk kami? Kami sangat lapar.", ujar3 kelinci itu. "Kalau kalian mau, ambil saja sendiri! Untuk apa juga aku harus menolong kalian." ketus jerapah yang lalu segera meninggalkan 3 ekor kelinci.
Jerapah merasa sangat senang karna perutnya telah terisi kembali, ia berniat untuk melanjutkan perjalanannya kembali. Tak jauh dari pohon apel tadi, terdapat perangkap yang cukup besar. Akan tetapi, jerapah tidak menyadari bahwa ada perangkap di depan sana. Ia tetap berjalan santai seperti biasanya.
Ia merasakan sakit yang luar biasa pada kakinya begitu menyadari ada perangkap yang menjeratnya lagi. Tidak ada siapa-siapa disana kecuali 3 ekor kelinci.
     "Tolong aku! Tolong aku! Kumohon tolong aku!" jerit jerapah itu berkali-kali. Akan tetapi kelinci-kelinci itu pergi begitu saja tanpa mempedulikan jerapah karena mereka sangat kesal pada jerapah yang tidak mau menolong mereka sebelumnya.