Laman

Jumat, 08 November 2013

Payungan Rintik Hujan.

Kamu terlihat manis di ujung sana dengan balutan kaus putih dan celana hitam yang sudah tak bernyawa tertimpa hujan. Kamu tahu? Menatapmu dari kejauhan di temani segelas teh hangat adalah hal yang paling menyenangkan. Bahkan aku bisa terus berdiri di ujung pintu hingga hujan tak lagi menerpamu.
Aku tak bisa menahan rona merah di pipi saat aku tertangkap basah sedang memperhatikanmu. Tingkahmu yang konyol itu memaksaku untuk terus mengarah padamu. Bahkan, aku hampir tak peduli pada lalu-lalang keramaian di sekitarku. Aku terus dan tetap memperhatikanmu.
Masih ingatkah kamu hari itu? Hari dimana kita bersama. Di payungi rintik hujan dan dingin yang amat menusuk sepanjang sore. Kamu tetap berada disana, membuatku memaksakan diri agar tetap berada di bawah rintik hujan yang kian membara. Tak ada kegetiran sedikitpun dalam jiwa. Bahkan, aku merasa lebih baik setelahnya.
Teh hangatku kini telah habis. Masih tertinggal tawa di baliknya. Aku tersenyum geli menatap gelas yang masih ku genggam, masih tertinggal bias-mu di dalamnya.


astria

Lantunan Jiwa

Ku dekati benda hitam tua di ujung sana. Ku usap perlahan, meninggalkan noda di tangan. Tuts-tuts itu masih bernyanyi dengan sempurna. Lagu demi lagu ku lantunkan, dengan jiwa yang menangis pedih dan batin tersiksa. Semakin anarkis lagu yang ku mainkan, seolah-olah menjerit kesakitan. Tak ada air mata yang jatuh malam itu. Kering kerontang tanpa daya. Bagaikan hempas tertiup doa. Penyesalan tak berguna yang berujung sia-sia.
Kutatap kertas-kertas yang kian kusam. Terdengar suara berisik itu lagi. Berbisik lirih membuat hati semakin gusar. Perasaan cinta yang telah pudar, perasaan benci yang mulai datang. Dosa kecil kini mulai menyelinap dalam diri. 
Sesal tak berujung, sesal tiada guna. Rentetan cerita yang kian absurd terus terbayang. Melukai dua hati yang saling mencinta. Tangis pun tak mengubah apapun. Permintaan maaf yang berkali-kali terlontar seakan hanya lolongan belaka. Inginku bersembunyi dan tak pernah muncul lagi. Hilang dan terlupakan. Namun, sosok gelap itu selalu membayangiku. Meraung-raung membawaku bernostalgia.
Beginilah aku yang terjebak dalam luka lama. 
Seakan terjerat dan tak akan usai.



astria