Pria tinggi hitam manis dihadapanku ini memang kerap kali
menjahiliku. Ia tak segan menjitak, menjambak bahkan memitingku. Dia lucu. Aku
tahu. Tergolong culun. Aku tahu. yah entahlah mungkin karena kami terbiasa bersama akhir-akhir ini kami menjadi lebih dekat. Bukan bukan, bukan sebagai teman
dekat. Hmm, mungkin h-t-s, oh bukan bukan, hanya teman. Teman.
Ok well, sekarang dari mana aku harus memulai? Jadi pria
tinggi hitam manis ini mulai mendekatiku. Tentu saja dengan senang hati aku
membuka diri. Dia baik, cukup tinggi, manis, pintar, dan cukup lugu. Tapi ada
sesuatu yang keliru di sini. Dia telah
memiliki kekasih.
Sering kali aku mengamati wajahnya. Memperhatikan bagaimana
mata dan bibir tipisnya berbicara kepadaku. Sungguh tak bisa kupungkiri, aku
luluh akan tatapan matanya. Matanya memang tidak tajam, tidak pula tegas
seperti kebanyakan lelaki, tapi.. ohh.. sungguh memikat!!
Aku suka cara dia memikatku. Menatapku dalam-dalam dan
berceloteh tentang apa saja sambil menunggu makanan datang. Saling memberi
isyarat yah you-know-lah ketika sepasang lawan sejenis saling tertarik.
Namun kini, waktunya aku untuk mundur. Membiarkan wanita
lain memilikinya seutuhnya. Sudah cukup kurasa untuk bermain-main dengannya
beberapa waktu ini. Bukannya aku tak mau melanjutkan ini, sungguh mati aku mau.
Namun aku hanya tak bisa. Tak mungkin kurasa untuk bersatu.
Biarlah cerita cinta ini tumbuh dalam angan-angan.
Bahagianya, bahagiaku pula. Aku berjanji akan mendoakan yang terbaik untuknya.
Mungkin sekarang, aku memang belum bisa berbagi kasih
dengannya, tetapi nanti, giliran aku dan dia yang akan bercerita.
astria