Laman

Minggu, 17 Mei 2015

Mirror

Kita adalah segelas teh manis hangat
Kau adalah butiran gula
Tentu saja aku gumpalan daun tehnya
Coba kau aduk dengan namamu
Coba kau mulai mengendus harum melatinya
Kau tak perlu menjadi pelayan
Mungkin kau ragu
Iya kau ragu.
Bahkan dalam balutan seragam putih abu yang mulai usang dan sempit
Kita pernah menjadi liar
Entah dalam arti baik atau buruk
Berhentila mengetuk-ngetuk
Kau boleh meneriakan nyanyian hujan
Dengan atau tanpa payung
Tiupkan doamu pada api di atas lilin
Hembuskan namaku dalam doamu
Tahan nafasmu hingga gulita
Akankah kita berdiri di ujung sana suatu hari nanti?

Mungkin kita adalah segelas teh manis hangat
Yang lupa kau aduk dengan namamu
Yang tak pernah kau beri gula
Kita mungkin memang pelayan
Kau tak pernah ragu
Tidak.
Bahkan dalam lilitan kemeja biru muda yang tak pernah ingin kau miliki
Kita pernah menjadi liar
Entah dalam pengertian baik atau buruk
Teruslah mengetuk-ngetuk
Kita akan meneriakan nyanyian hujan
Dengan atau tanpa payung
Mari kita tiupkan doa pada kilatan api
Hembuskan sisa nafas yang selama ini kita simpan
Yakinkan aku kita akan berada diujung sana
Suatu saat nanti

Astria

Selasa, 12 Mei 2015

Fajar

Hitam, tinggi
Anak kecil? Bukan
Menyerupai? Ya tentu saja
Seringai nakal bagai hujan meteor
Terang cukuplah aku
Kau indah, semua tahu
Tertawalah di balik hujan
Galaxy tak akan marah
Genggam aku, bintang
Nyanyikanlah, mainkanlah
Kau tak mungkin lupa
Bintang adalah aku,
Galaxy adalah kita
Tetaplah di sana, Fajar


Astria

Teras Hati

Pedihnya lilin api menyergapku di dalam rintihan hujan
Membakar hati yang baru sembuh
Merajut luka baru bersama selusin bola api
Aku menyantap diriku di perapian
Merangkai ragu sejuta kenangan
Dengan goresan abu hitam sisa semalam
Menari-nari di atas tangisku
Melukis sayatan demi sayatan yang pernah kita gores
Mungkin kau lupa menutup pintu
Hingga angin membawamu kepadaku
Hingga kita terlarut dalam dosa
Kau enggan memberi cinta
Yang pernah kau janjikan di depan senja
Yang bahkan tak pernah terbit
Mungkin kau lupa menutup pintu
Saat hujan mulai mengetuk
Saat malam mulai bertamu
Di teras hatimu



Astria

Minggu, 03 Mei 2015

Bulan dan Dunia

Tiga tangkai bunga layu masih berjajar rapih beserta dengan pitanya. Dua lukisan tua dan dua sketsa usang masih tergantung di dinding. Sebuah novel dan sebuah CD lagu klasik tak pernah berpindah dari tempatnya. Boneka Mickey-pun yang kini berdebu selalu di tempatnya. Inginku mengemas itu semua, menenggelamkan ke dasar laut beserta dengan puing-puing kenangan masa lalu. Aku memejamkan mataku, berusaha tidur bersama bintang. Aku berkhayal tentang banyak hal. Berkhayal tentang ia yang kembali. Berkhayal tentang 'kita' yang sempurna. Berkhayal tentang manis yang terlalu pahit.
Ia memelukku erat. Menggenggamku di bawah payungan lampu kota. Menyanyikan lagu yang seringkali kami nyanyikan. Mencium keningku dengan hangat. Membiarkanku mendekapnya dan terlarut dalam parfumnya. Ia ada disana. Memberikanku sekotak coklat dan sekuntum Edelweiss. Menceritakan tentang dunianya. Memberiku tawa yang pernah hilang, yang telah ku cari selama bertahun-tahun.
Aku mengaguminya, sangat sangat mengaguminya. Tak peduli dengan semua hujatan yang sering orang lontarkan, aku tetap bersamanya. Aku bahkan tak peduli dengannya yang tak sempurna. Aku menginginkannya. Menginginkan ia datang setiap hari menemuiku. Menginginkan dekapannya di kala aku mulai membenci dunia. Menginginkan ia yang menghapus airmataku, terluka bersamaku.
Dan kini, ia ada di depanku. Di dalam khayalanku. Yang inginku raih lagi dengan segala ketidakmungkinannya.

Astria