Laman

Jumat, 08 November 2013

Lantunan Jiwa

Ku dekati benda hitam tua di ujung sana. Ku usap perlahan, meninggalkan noda di tangan. Tuts-tuts itu masih bernyanyi dengan sempurna. Lagu demi lagu ku lantunkan, dengan jiwa yang menangis pedih dan batin tersiksa. Semakin anarkis lagu yang ku mainkan, seolah-olah menjerit kesakitan. Tak ada air mata yang jatuh malam itu. Kering kerontang tanpa daya. Bagaikan hempas tertiup doa. Penyesalan tak berguna yang berujung sia-sia.
Kutatap kertas-kertas yang kian kusam. Terdengar suara berisik itu lagi. Berbisik lirih membuat hati semakin gusar. Perasaan cinta yang telah pudar, perasaan benci yang mulai datang. Dosa kecil kini mulai menyelinap dalam diri. 
Sesal tak berujung, sesal tiada guna. Rentetan cerita yang kian absurd terus terbayang. Melukai dua hati yang saling mencinta. Tangis pun tak mengubah apapun. Permintaan maaf yang berkali-kali terlontar seakan hanya lolongan belaka. Inginku bersembunyi dan tak pernah muncul lagi. Hilang dan terlupakan. Namun, sosok gelap itu selalu membayangiku. Meraung-raung membawaku bernostalgia.
Beginilah aku yang terjebak dalam luka lama. 
Seakan terjerat dan tak akan usai.



astria

Tidak ada komentar:

Posting Komentar