Laman

Jumat, 08 November 2013

Payungan Rintik Hujan.

Kamu terlihat manis di ujung sana dengan balutan kaus putih dan celana hitam yang sudah tak bernyawa tertimpa hujan. Kamu tahu? Menatapmu dari kejauhan di temani segelas teh hangat adalah hal yang paling menyenangkan. Bahkan aku bisa terus berdiri di ujung pintu hingga hujan tak lagi menerpamu.
Aku tak bisa menahan rona merah di pipi saat aku tertangkap basah sedang memperhatikanmu. Tingkahmu yang konyol itu memaksaku untuk terus mengarah padamu. Bahkan, aku hampir tak peduli pada lalu-lalang keramaian di sekitarku. Aku terus dan tetap memperhatikanmu.
Masih ingatkah kamu hari itu? Hari dimana kita bersama. Di payungi rintik hujan dan dingin yang amat menusuk sepanjang sore. Kamu tetap berada disana, membuatku memaksakan diri agar tetap berada di bawah rintik hujan yang kian membara. Tak ada kegetiran sedikitpun dalam jiwa. Bahkan, aku merasa lebih baik setelahnya.
Teh hangatku kini telah habis. Masih tertinggal tawa di baliknya. Aku tersenyum geli menatap gelas yang masih ku genggam, masih tertinggal bias-mu di dalamnya.


astria

Tidak ada komentar:

Posting Komentar