Laman

Kamis, 05 Desember 2013

Sisa-Sisa Hujan

Hujan selalu menjebak kita. Meninggalkan goresan tinta lama dalam cerita.
Kini, bukan aku lagi yang bisa dengan leluasa menggenggam tanganmu. Menyentuh halus kulitmu. Bahkan, menatapmu penuh harap pun aku tak boleh.
Kita telah terpisahkan. Salahkah bila aku masih memendam rasa? Bukankah selalu ada kita dalam setiap tetesan hujan?
Cerita kita telah usai. Terhenti tanpa rasa yang engkau tinggalkan. Tak adakah rasa sesal yang tertinggal? 
Aku menyesap tehku dalam diam.
Pemandangan tragis di depan mata membuat bulu kudukku merinding. 
Kau tak pernah segembira itu saat bersamaku. Bahkan, berdua denganku di tempat ramai kamupun menghindar. 
Tak bolehkah aku iri padanya? Iri pada kalian yang berbahagia. Iri padanya yang mungkin sangat berarti bagimu.
Curahan hujan kian memudar. Itu berarti, kamu akan membawanya pulang dengan motor bebek kesayanganmu itu. Berbagi kasih dalam nyata. Tertawa riang di temani sisa-sisa hujan.
Terlalu hinakah aku hingga tak bisa melakukan semua hal itu bersamamu?
Bintang yang kuraih kini telah berlalu. Kembali ke angkasa bersama bintang-bintang lain.
Bahkan sekarang mengencani sosok bulan purnama.
Oh Tuhan, adilkah semua ini?
Apa aku pernah melukai orang baik sebelum ini?
Tak ku temukan sisa-sisa keadilan hari ini. 
Apa ini yang disebut takdir?
Bolehkah aku menodai takdir ini, Tuhan?




astria.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar