Laman

Sabtu, 11 Juli 2015

Angin dari Barat

Angin mengetuk pintuku di waktu malam
Memintaku keluar dan berharap pada rembulan
Menyuruhku melabuhkan tinta pena di secarik hati tak berwarna
Hati yang melelapkan angan-angan jingga
Jingga yang sering ia nyanyikan,
Kemudian meredup tanpa pamit
Membawa sebongkah luka dan segenggam hati
Yang terkhianati oleh angin
Angin bilang ia tahu kemana harus pergi
Ketika persimpangan menjadi tempatnya bermain
Kemudian jingga haruslah meredup
Karena angin mulai membicarakan hujan
Yang tak seharusnya mengiringi jingga dalam diam


Astria.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar